Sapi potong merupakan salah satu ternak penyumbang terbesar protein hewani. Pertumbuhan produksi daging dalam negeri masih lebih lambat dibandingkan pertumbuhan konsumsi daging sehingga impor daging sapi masih terus dilakukan bahkan terus meningkat. Dalam rangka meningkatkan produksi daging dalam negeri, maka diperlukan peningkatan produktivitas sapi potong melalui inovasi teknologi inseminasi buatan.
Teknologi Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau yang biasa dikenal dengan istilah kawin suntik pada sapi potong merupakan suatu proses perkawinan buatan dengan cara menyemprotkan sperma sapi jantan ke dalam saluran genital (organ reproduksi) sapi betina dengan menggunakan peralatan khusus dan dilakukan oleh seorang tenaga ahli (inseminator). Inseminasi buatan dapat dilakukan pada hampir semua jenis sapi potong. Inseminasi buatan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: mutu sapi lokal meningkat karena penggunaan sperma pejantan unggul, mempercepat reproduksi dan produktivitas ternak, mencegah penularan penyakit yang ditularkan melalui perkawinan secara alami, menghemat biaya pemeliharaan, mengatasi kesulitan perkawinan akibat perbedaan berat badan. Selain keuntungan terdapat pula kerugian dari inseminasi buatan: inseminasi pada sapi yang buntimg dapat menyebabkan abortus (keguguran), jika jumlah pejantan terbatas dapat terjadi inbreeding (kawin sedarah), efisiensi menjadi rendah apabila inseminator kurang terampil, sperma yang bermutu tinggi dapat menjadi bermutu rendah jika penanganan yang dilakukan kurang baik.
Keberhasilan inseminasi sangat dipengaruhi oleh waktu yang tepat. Waktu yang tepat untuk melakukan inseminasi buatan pada sapi potong adalah:
- Bila ternak birahi pada waktu pagi hari maka harus dilakukan inseminasi pada hari yang sama, dapat dilakukan pada waktu sore hingga malam hari. Inseminasi tidak dapat dilakukan pada hari berikutnya karena dapat menyebabkan keterlambatan.
- Bila ternak sapi birahi pada waktu sore hari maka harus dilakukan inseminasi buatan pada hari berikutnya, tepatnya pada waktu pagi sampai siang hari sebelum jam 15.00.
Siklus Birahi Sapi
Siklus birahi pada sapi yang tidak bunting normalnya terjadi sekitar 21 hari. Artinya sapi dapat dikawinkan setelah siklus berikutnya terjadi atau sekitar 21 hari kemudian. Jika siklus bertambah di atas 30 hari maka perlu diperhatikan tentang cara deteksi birahinya, nutrisi yang rendah atau adanya gangguan dan penyakit reproduksi. Hal-hal yang dapat menyebabkan lamanya siklus birahi tidak beraturan antara lain: birahi semu, kematian embrio dini, mutu pakan yang kurang baik, serta ketidakseimbangan hormon. Untuk mengetahui apakah sapi birahi dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
- Sapi betina mulai membaui sapi lainnya;
- Berusaha menaiki sapi lainnya;
- Vulva mulai membengkak, hangat, dan berwarna kemerahan;
- Sapi betina akan diam saja apabila dinaiki sapi lainnya;
- Sering mengangkat ekor ke atas;
- Nafsu makan menurun;
- Terdapat lendir pada bagian vulva.
Inovasi inseminasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi para peternak untuk meningkatkan mutu dan produktivitas ternak. Perlu diingat! inseminasi buatan pada sapi hanya boleh dilakukan oleh petugas atau tenaga ahli (inseminator) segera hubungi petugas jika sapi mengalami tanda-tanda birahi seperti yang telah disebutkan.
Penulis Artikel
Aldi Pahri Firstanto
Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor