Ayam leher gundul (legund) merupakan salah satu variasi genetik ayam kampung/lokal yang ada di Indonesia. Ayam ini sering disebut oleh pedagang dengan nama ayam Bali. Keunikan ayam ini adalah tidak adanya bulu dari kepala hingga bagian atas tembolok, sehingga leher tampak polos alias gundul, sehingga dinamakan ayam leher gundul.
Dalam bahasa Inggris, ayam leher gundul dikenal sebagai naked neck chicken / fowl. Di luar negeri, terdapat pula beberapa jenis ayam leher gundul seperti bare neck transylvanian chicken, nigerian naked neck chicken. Banyak penelitian telah dilakukan terhadap ayam leher gundul /legund ini baik dalam maupun luar negeri. Pakar ayam leher gundul dari Indonesia adalah Prof. Dr. Jafendi Hasoloan Purba Sidadolog dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Genetika Ayam Leher Gundul
Sifat leher gundul merupakan dominan tidak lengkap. Dalam kondisi heterozigot (Na/na+), bulu-bulu halus pada leher masih ditemukan. Namun pada ayam dengan genotipe homozigot (Na/Na), bulu-bulu di leher tidak ditemukan sama sekali.
Berdasarkan keberadaan bulu halus pada lehernya, ayam leher gundul yang diamati diduga memiliki genotipe homozigot, karena seluruh ayam tidak memiliki bulu-bulu halus di lehernya.
Ayam leher gundul dengan genotipe heterozigot kehilangan bulu sebanyak 30%, sedangkan yang bergenotipe homozigot kehilangan bulu sekitar 40% dari total bulu yang ada pada tubuh ayam normal.
Gen Na mempengaruhi keberadaan pori-pori untuk pertumbuhan bulu. Ayam leher gundul tidak memiliki folikel bulu dari kepala dan leher, kecuali sekitar jengger, anterior tulang belakang, dan dua bagian kecil di sisi atas crop (Fathi et al., 2013).
Merat (1986) menggolongkan gen leher gundul (Na) sebagai gen Pliotropy, yaitu gen yang berpengaruh terhadap dua sifat atau lebih, atau karena memiliki keterkaitan dengan gen-gen lain. Digolongkan demikian karena gen tersebut memberikan pengaruh baik terhadap transfer atau pembuangan panas ke luar tubuh (lingkungan) dan memperbaiki efisiensi pakan.
Kemampuan Adaptasi pada Suhu Lingkungan Panas
Ayam leher gundul memiliki keunggulan adaptasi pada suhu tinggi dibandingkan dengan ayam kampung normal. Hal ini disebabkan keberadaan bulu yang lebih sedikit pada tubuh (Caratchea et al., 2010).
Keberadaan bulu yang lebih sedikit dibandingkan ayam berbulu normal akan meningkatkan kemampuan termoregulasi (Cahaner et al., 1993). Gen Na memiliki kekurangan pada suhu lingkungan kurang dari 20 C tetapi lebih unggul pada lingkungan yang memiliki suhu diatas 30 C terhadap berat badan, efisiensi pakan, produksi telur dan karkas (Islam dan Nishibori, 2009).
Penurunan cakupan bulu di ayam leher gundul memungkinkan hilangnya panas secara radiasi dari permukaan kulit ayam yang lebih tinggi dibandingkan ayam berbulu normal. Peningkatan kemampuan pertukaran panas secara radiasi akan meningkatkan kemampuan termoregulasi pada suhu lingkungan tinggi (Yakubu et al., 2008).
Bulu berperan sebagai heat insulator yang turut berperan dalam pengaturan keseimbangan heat production dan heat loss. Keadaan tidak tumbuhnya bulu di bagian tertentu ayam legund dapat meningkatkan panas yang keluar (heat loss). Hal ini akan mengurangi energi yang dikeluarkan untuk mengimbangi suhu lingkungan yang panas, misalnya energi untuk peningkatan frekuensi bernafas (panting) (Wardono, 2014).
Kesimpulan Singkat
Ayam Legund merupakan salah satu ayam lokal Indonesia yang mempunyai ciri leher tidak ditumbuhi bulu. Gen Na merupakan gen dominan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bulu pada bagian leher. Ayam leher gundul memiliki keunggulan adaptasi pada suhu tinggi dibandingkan dengan ayam kampung normal.
Hal ini disebabkan keberadaan bulu yang lebih sedikit pada tubuh. Hal ini menyebabkan gen tersebut banyak manfaatnya bagi ayam petelur maupun ayam broiler dalam kaitannya dengan pembentukan strain ayam yang cocok untuk kondisi daerah beriklim tropis yang panas.
Referensi:
Cahaner, A. N. Deeb and M. Gutman. 1993. Effect of the plumage reducing neked neck (Na) gene on the performance of fast growing broiler at normal and high ambient temperatures. Poult. Sci. 72(5): 767-775
Caratchea, J., E. G. Vazques, R. G. S. Razo. 2010. Egg production in naked neck creole (Nana) hens and in those with normal plumage (nana) in the region Mexican plateau. C.J. Agric. Sci., 44:281-284.
Fathi, M. M., A. Galal, S. El-Safty And M. Mahrous. 2013. Naked neck and frizzle genes for improving chickens raised under high ambient temperature: i. Growth performance and egg production. World’s Poultry Sci. J. 69: 813 – 832.
Islam, M. A. dan M. Nishibori. 2009. Indigenous naked neck chicken: a valuable genetic resource for Bangladesh. World’s Poultry Sci. J. 65: 125 – 138.
Merat, P., 1986. Potential usefulness of the Na (naked neck) gene in poultry production, World’s Poultry Sci. J. 42, 124–142
Wardono, H. P. 2014. Analisis Pewarisan Genetik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif pada Ayam Legund (Naked Neck Fowl). Tesis Programsarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yakubu, A., D. M. Ogah dan R. E.Barde. 2008. Productivity and egg quality characteristics of free range naked neck and normal feathered Nigerian indigenous chicken. Int. J. Poultry. Sci., 7: 579 – 585.