Pink Eye Pada Ternak Ruminansia

Hallo sobat ternak pernahkah kamu mendengar penyakit pink eye, penyakit ini mungkin tidak asing lagi dikalangan peternak, karena penyakit ini banyak ditemukan di peternakan dengan sistem pemeliharaan tradisional yang membuat peternak merasa resah akan penyakit yang menyerang ternaknya, sekarang kita akan membahas penyakit pink eye, pencegahan hingga cara mengobati penyakit tersebut agar kita semua tahu lebih banyak tentang penyakit ini.

Apa itu Penyakit Pink Eye pada Ternak Ruminansia

Pink eye merupakan penyakit mata bersifat akut yang dapat menular pada ternak ruminansia, biasanya bersifat epizootic dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva, serta kekeruhan pada mata. Penyakit pink eye disebabkan oleh bakteri, virus, penyakit Rickketsia maupun Chlamydia (Zulfikar, 2012). Adapun beberapa hewan yang rentan terhadap terjadinya pink eye terutama ternak ruminansia seperti kambing, domba, kerbau dan sapi.

Penyakit pink eye diketahui dapat menyerang ternak pada semua lapisan umur, akan tetapi lebih sering terjadi pada ternak kambing yang berusia muda. Penyakit ini dapat ditemukan hampir di seluruh dunia dan berpotensi menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena dapat menyebabkan kebutaan, penurunan bobot badan pada ternak dan biaya pengobatan yang mahal.

Penyakit pink eye dapat menular melalui kontak langsung dengan ternak yang terinfeksi, yakni melalui sekresi mata, atau menular secara tidak langsung melalui vektor lalat, debu dan percikan air yang tercemar oleh bakteri. Pink eye bersifat epidemik pada tempat yang telah terinfeksi, dapat di artikan bahwa Pink Eye dapat menjangkit kembali setiap tahunnya dan pada kasus kronis penyakit ini dapat terjadi sepanjang tahun.

Mikroorganisme penyebab pink eye ini ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme dan bisa juga melalui iritasi debu atau sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka pada mata. Penyakit ini juga sering terjadi pada musim kemarau yang terdapat banyak debu dan meningkatnya populasi lalat. Vektor lalat yang paling sering di temukan di sekitar mata adalah Musca autumnalis, Musca domestica, dan Stomoxys calcitrans. Perubahan cuaca yang ekstrim, jumlah ternak yang terlalu padat dalam kandang, serta kualitas pakan yang rendah juga dapat memicu terjadinya pink eye.

Penyakit Pink Eye pada Ternak Ruminansia

(Sodiq & Abidin, 2002) menyebutkan bahwa gejala klinis yang terlihat pada penyakit pink eye yaitu:

  1. Mata mengeluarkan air, mata tertutup atau berkedip-kedip karena sakit saat terkena cahaya.
  2. Mata membengkak atau berwarna merah, keruh dan timbul borok pada selaput mata sehingga menyebabkan kebutaan.
  3. Pada gejala klinis awal menunjukkan gejala seperti mata lembab hingga keluar air mata, adanya konstriksi pada pupil, terjadi photophobi atau sensitif terhadap cahaya, dan kekeruhan pada kornea.
  4. Pada kasus yang kronis, pink eye dapat menyebabkan cairan mata keluar seperti nanah dan menempel di bawah permukaan mata sampai ke hidung, bahkan dapat mengeras hingga membentuk keropeng. Masa inkubasi penyakit pink eye berkisar 2-3 hari

gejala klinis yang terlihat pada penyakit pink eye

Langkah pengobatan akan efektif jika penyebab penyakit mata bisa diketahui terlebih dahulu, sebagai berikut:

  1. Jika penyebabnya adalah fisik, maka dilakukan pembersihan kotoran pada mata ternak yang terinfeksi. Pengobatan bisa dilakukan dengan metode meneteskan cairan berupa obat tetes mata.
  2. Jika penyebabnya dari faktor mikroorganisme, langkah yang harus di lakukan adalah mengoleskan salep mata kepada ternak yang terinfeksi seperti Terramycin 0,1% sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan. Pengobatan dilakukan sampai mata ternak yang terinfeksi kembali membaik dan sembuh (Sodiq & Abidin, 2002).

Usaha pencegahan yang dapat dilakukan pihak peternakan antara lain, sebagai berikut:

  1. Hewan yang terinfeksi pink eye segera dikandangkan secara terpisah (dikarantina) pada tempat yang gelap, hal ini bertujuan untuk menghindari kontak hewan terinfeksi dengan hewan yang sehat.
  2. Melakukan sanitasi rutin dengan cara menjaga kebersihan kandang serta lingkungan kendang agar bersih dan terbebas dari genangan air.
  3. Melakukan pengurangan jumlah hewan ternak yang berada dalam satu kandang, jangan terlalu sesak. Kendang yang terlalu padat dapat menyebabkan hewan didalam kandang dapat kontaminasi sesama.
  4. Memberikan pakan yang banyak mengandung vitamin dan nutrisi atau digembalakan di tempat yang baik dan bersih sehingga dapat terhindar dari timbulnya infeksi.

Daftar Pustaka

Anggraeni HE, Rafi Y. 2021. Journal of Applied Veterinary Science and Technology 02. Kasus Pink Eye Pada Kambing di Peternakan Sawangan. Bogor: IPB University.