Mengenal Kambing Boerawa

Halo sobat ternak, kali ini redaksi sinauternak.com akan mencoba mengulas apa itu kambing boerawa. Kita akan bahas dari mulai asal usul, ciri-ciri / karakteristik, sifat unggul, penyakit yang umum, panduan budidaya dan sebagainya. Monggo disimak ya.

[lwptoc]

Asal Usul Ciri Kambing Boerawa

Kambing Boerawa adalah jenis kambing hasil persilangan antara kambing boer jantan dengan kambing peranakan etawa (PE) betina. Jenis kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya serta menjadi salah satu komoditi ternak unggulan di Indonesia.

Ada satu orang yang boleh disebut paling berjasa dalam pengembangan Kambing Boerawa di Lampung. Dialah Masro Haryono. Atas jasanya itu, lelaki kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 2 Maret 1943 ini ditasbihkan sebagai Bapak Kambing Boerawa. Masro Haryono tinggal bersama Hasanah, istrinya, di Pekon (Desa) Kutadalom, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dari pekon inilah ayah enam anak ini memulai pengembaraannya dalam mengembangkan Kambing Boerawa. Lelaki ramah dan periang ini memelopori pengembangan Kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus melalui metode Inseminasi Buatan atau Kawin Suntik.

Ciri Kambing Boerawa

gambar kambing boerawa
gambar kambing boerawa

Kambing Boerawa mempunyai postur tubuh yang cukup tinggi dan relatif besar. kambing ini juga memiliki tingkat produksi dan mutu daging yang lebih baik dibandingkan dengan kambing Etawa atau Peranakan Etawa.

Kambing Boerawa memiliki ciri–ciri diantara kambing Boer dengan kambing PE sebagai tetuanya. Penampilan kambing Boerawa lebih mirip dengan kambing PE namun telinganya lebih pendek daripada kambing PE dengan profil muka yang sedikit cembung. Selain itu, kambing Boerawa juga memiliki badan yang lebih besar dan padat daripada kambing PE sehinggga jumlah daging yang dihasilkan lebih banyak (Ditbangnak, 2004).

Keunggulan Kambing Boerawa

Pertumbuhan cepat

Kadar kolesterol daging kambing Boerawa rendah, empuk, dan enak. Tingkat pertumbuhannya juga lebih cepat, sementara pemeliharaan dan perawatannya tidak begitu berbeda dengan kambing lokal.

Saat lahir bobot rata-rata kambing Boerawa mencapai 2,5—3,5 kg, sedangkan kambing PE 2,4—2,6 kg. Bobot sapih kambing Boerawa juga lebih tinggi, yaitu mencapai 14—20 kg, sedangkan kambing PE 9—11 kg, bobot badan kambing Boerawa umur 8 bulan mencapai 40 kg.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menggambarkan tentang performans kambing Boerawa pada awal dikenalkan di masyarakat, Adhianto dan Sulastri (2007) menyatakan bahwa kambing Boerawa memiliki bobot lahir, sapih dan usia 1 tahun masing-masing 2,9 kg; 19,8 kg; dan 40,9 kg. Rataan lama kebuntingan induk kambing boerawa pada penelitian ini adalah 159,31 + 4,37 hari.

Bobot lahir yang lebih besar

Kambing Boerawa juga memiliki keunggulan lainnya, yaitu bobot lahir yang baik. Kambing PE betina disilangkan dengan kambing Boer jantan baik secara alami maupun dengan inseminasi buatan sehingga dihasilkan Boerawa (F1) yang mengandung 50% genetik Boer.

Hasil penelitian Setiadi (2001) menunjukkan bahwa persilangan kambing Boer dengan Kacang memberikan peningkatan 27% pada bobot lahir dan 50—70% pada bobot sapih. Disamping itu, Kostaman dan Sutama (2005) juga melaporkan bahwa hasil persilangan kambing Boer dengan PE juga meningkatkan 15,6% pada bobot lahir serta 10,07% pada bobot sapih.

Menurut Sutama et.,al. (2003), rata-rata bobot lahir pada persilangan kambing Boer dan Peranakan Etawah adalah 3,86 kg. Pada penelitian ini rata-rata yang diperoleh lebih rendah, hal ini diduga disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan dimana tetuanya dipelihara.

Menurut pendapat Kostaman dan Sutama (2005), faktor genetik merupakan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh ternak, sedangkan faktor lingkungan merupakan kesempatan yang diperoleh ternak dimana tempatnya berada.

Dari hasil penelitian Kusuma et.,al. (2012) di dapatkan data kinerja reproduksi kambing boerawa yang di pelihara di perdesaan yaitu lama kebuntingan 159,31 + 4,37 hari, litter size 1,62 + 0,65 ekor, dan bobot lahir 3,02 + 0,29 kg.

Kambing Boerawa : Alternatif Kambing Boer yang Masih Sangat Mahal

Para peternak dan pakar peternakan sepakat menyimpulkan bahwa kambing tipe pedaging sejati adalah kambing Boer. Kambing Boer memiliki badan yang bulat montok, panjang, dalam, dan lebar. Selain itu, kadar lemak jahat atau lemak jenuh daging kambing Boer juga paling rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak lainnya. Menurut data Asosiasi Kambing Boer Amerika (http://www.abga.org/nutritional.php), kadar lemak jenuh daging kambing Boer hanya 0,79 gr, daging ayam 1,1 gr, daging sapi 6,8 gr, daging domba 7,3 gr, dan daging babi 8,3 gr. Singkatnya, daging kambing Boer sangat empuk, enak, dan sehat.

kambing boer asli
kambing boer asli

Sayangnya, harga kambing Boer di Indonesia saat ini masih sangat jauh di atas daya beli peternak Indonesia. Menurut informasi dari salah satu perusahaan peternakan di Lampung, harga kambing Boer jantan dengan tinggi 55 cm dan berat 50 kg adalah Rp8 – Rp20 juta per ekor; kambing Boer betina dengan tinggi 55 cm dan berat 35 kg Rp6 – Rp15 juta per ekor. Harga yang luar biasa mahal. Dengan uang enam jutaan rupiah, seorang peternak di Padang sudah bisa membeli seekor bakalan sapi Simental umur enam bulan yang diantar langsung ke lokasi.

Kambing boer sebagai bapaknya, merupakan kambing yang berasal dari Afrika Selatan. Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari.

Kambing boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.

 

Baca juga artikel kami : 10 Catering Aqiqah Jogja dengan Harga  Terbaik

 

Sumber:

Adhianto, K., dan Sulastri 2007. Evaluasi Performan Produksi Kambing Peranakan Ettawa dan Boerawa pada sistem Pemeliharaan di Pedesaaan. Jurnal AGRITEK-Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Teknologi Pertanian, Kehutanan, Terakreditasi Ditjen Dikti No.26/DIKTI/KEP/2005, Volume 15, No.3, Juni 2007, hal 504–506.

Kostaman, T. Dan I-K Sutama. 2005. Laju pertumbuhan kambing anak hasil persilangan antara kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada priode pra-sapih. JITV 10: 106 – 112.

Kusuma A, N. Ngadiyono, Kustantinah dan I.G. S. Budisatria. 2012. Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 131-136 ISSN 1410-5020.

Sutama, I-K., B. Setiadi, Igm.Budiarsana, T. Kostaman A. Wahyuarman, M.S. Hidayat, Mulyawan, R. Sukmana Dan Bachtiarl. 2003. Pembentukan kambing persilangan Boereta untuk meningkatkan produksi daging dan susu. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak.