PROGRAM MOLTING DAN FORCE MOLTING PADA AYAM PETELUR

Halo Sobat, kali ini sinauternak akan membahas tentang program molting dan force molting pada ayam petelur / ayam layer. simak terus ya.

Pengertian molting

Molting artinya adalah masa gugur atau ranggasnya bulu. Molting ini adalah suatu proses fisioligis pada ayam petelur yang ditandai dengan rontoknya bulu kemudia tumbuhnya bulu baru dimana dipengaruhi oleh hormone dalam tubuh ayam, yaitu ketika ovarium mengalami pengecilan (regresi) sehingga produksi telur secara otomatis akan berhenti

Umur Molting

Ayam produktif akan mengalami molting ini pada umur 75 minggu atau 18 bulan atau 12-14 bulan produktif. Tetapi pada ayam yang kurang produktif molting akan terjadi sebelum mencapai umur 7 bulan produksi bahkan ada yang terjadi setelah satu bulan produksi. Proses tumbuhnya bulu secara alamiah adalah proses fisiologis yang dipengaruhi oleh perubahan kadar hormone tiroksin.

Tahapan Molting

Tahapan molting dimulai dari ranggasnya:

  1. Bulu leher
  2. Bulu badan
  3. Bulu primer
  4. Bulu sekunder(jarang)

Bulu primer adalah bulu yang terdapat pada ayam yang terletak dibagian luar apabila sayap dibentangkan yang biasanya berjumlah 10 buah, bulu primer ini dipisahkan dari bulu sekunder oleh sayap polos (axial) pendek yang tumbuh pada sendi-sendi sayap. Fase molting terjadi pada ayam karena tingginya hormone prolactin dalam tubuh ayam tersebut, meningkatnya hormone prolactin sehingga menyebabkan terjadinya regresi ovarium. Molting ini terjadi pada bulu sayap primer, kadang-kadang terjadi juda pada bulu leher dan bulu badan, cepat lambatnya datangnya molting banyak dipengaruhi oleh tata cara pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan.

Secara alamiah setiap ayam petelur akan mengalami molting dari tubuhnya apabila telah berproduksi cukup lama. Molting ini umumnya terjadi setahun sekali setelah ayam dewasa, tetapi pada itik terjadi molting dua kali dalam setahun dan jarang terjadi dalam sekali setahun. Periode molting alami berlangsung selama 4 bulan, namun dalam perangsangan molting secara paksa maka dapat memperpendek waktunya yaitu selama 5-9 minggu. Molting ini merupakan peristiwa alamiah bukanlah akibat dari suatu penyakit, yang mengalami perontokan dan tumbuh kembali pada ayam petelur yang sedang istirahat berproduksi dengan tujuan memperbaiki kembali kemampuannya dalam berproduksi diperiode peneluran selanjutnya. Hal ini terlihat jelas bila kondisinya dipulihkan kembali kepada keadaan yang normal.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Molting Lebih Cepat Pada Unggas:

  1. Faktor cuaca yang akstrim, misalnya dari musim hujan ke musim panas, meskipun belum berumur 10 bulan, beberapa ayam/itik akan mengalami molting/ronok bulu
  2. Pergantian pakan yang sifatnya drastis, baik secara kualitas maupun kuantitas
  3. Cekaman akibat dari permindahan kandang dan hewan pengganggu
  4. Lingkungan yang tidak nyaman

PROGRAM FORCE MOLTING

Pengertian Force Molting

Force molting adalah suatu tindakan merontokkan bulu pada ayam petelur yang waktnya diatur oleh manusia, molting merupakan kejadian alami, namun dapat dilakukan secara buatan atau disebut dengan ranggas paksa (force molting) yaitu dengan cara memanipulasi keadaan lingkungan seperti pakan, minum, cahaya, ataupun pemberian zat kimia tertentu. Force molting umumnya dilakukan pada ayam-ayam petelur yang sudah tua atau pada ayam pedaging bibit biasanya setelah mencapai umur 75-80 minggu

Proses Force Molting

Proses force molting ini berlangsung kurang lebih sekitar 5-9 minggu, maksudnya adalah untuk merontokkan bulu unggas secara serentak dan produksi telur berhenti, setelah mengalami istirahat berproduksi diharakan produksi telur pada fase berikutnya semakin baik lagi dan semakin meningkat, force molting ini juga bertujuan untuk memperpanjang masa bertelur sampai pada tingkat tertentu, untuk mendapatkan masa peneluran kedua yang serasi atau seragam. Selama masa forse molting berat badan ayam akan berkurang 400-600 gr yaitu dengan cara mengatur pakannya

Tujuan Force MoltingĀ 

  1. Meningkatkan produksi telur sebanyak 14,8%
  2. Mengurangi egg production cost 10,7|% (dalam perhitungan ekomoni lebih menguntungkan)
  3. Lebih nyata menguntungkan apabila dilakukan pada saat harga telur turun sedangkan harga pakan meningkat

 

Efek Negatif dari Force Molting

  1. Program ini adalah kondisi dimana ayam akan sengaja dibuat mengalami stress, sehingga tidak menjamin semua ayam bisa melakukan force molting
  2. Selama fase force molting akan terjadi penurunan produksi telur secara drastic ayam akan berhenti bertelur, serta terjadi penurunan berat badan
  3. Program force molting bisa memicu tingkah laku abnormal ayam seperti mematuk bahkan kanibalisme
  4. Apabila kondisi ayam tidak siap untuk diberikan perlakuan force molting bisa mengalami kemantian karena kondisi tubuh yang lemah
  5. Program ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar jadi memang harus diperhitungkan sesuai denga kebutuhan dan kondisi pasar
  6. Adananya biaya tambahan seperti dari desinfektan dan persiapan obat-obatan tambahan.
  7. Resiko terinfeki penyakit hingga kematian.

Langkah-langkah Sebelum Force Molting

  1. Pastikan ayam dalam keadaan sehat, jika ada ayam yang sakit maka harus diafkir atau dijual, karena ayam bisa mati ketika force molting dijalankan
  2. Melakukan seleksi berat badan ideal ayam, standar bobot badan ayam yang akan di force molting berkisar 1,9-2 kg
  3. 2-3 hari sebelum molting dan selama produksi telur masih ada tetap diberikan penambahan kalsium
  4. Ciptakan kondisi lingkungan kandang yang nyaman dan bersih, pengaturan suu kandang yang terprogram dan pengaturan penyinaran cahaya
  5. Tingkatkan biosecurity

Hal-Hal yang Menjadi Pertimbangan Perlu Tidaknya Dilakukan Force Molting

Perlu tidaknya dilakukan force molting harus dipertimbangkan untuk menjaga performa siklus produksi tahun kedua, yaitu:

  1. Biaya produksi, biaya pada pelaksanaan force molting lebih murah dari pada biaya untuk memperbesar DOC sehingga pelaksanaan force molting lebih baik
  2. Angka kematian pada siklus pada produksi kedua rebih rendah dari pada siklus produksi tahun pertama
  3. Komsumsi ramsum pada siklus produksi tahun pertama lebih tinggi dari pada tahun kedua
  4. Masa berproduksi pada tahun pertama lebih lama dibandingkan siklus produksi tahun kedua
  5. Produksi telur puncak tahun kedua 7-10% lebih rendah dari tahun pertama dan terus menurun secara perlahan setelah mencapai puncak produksi
  6. Kualitas kulit telur pada siklus kedua lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun pertama
  7. Berat telur pada tahun kedua lebih tinggi dari pada tahun pertama.

 

Penulis Artikel :

Nama: Sylvina Alzari
Asal: Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor
Jurusan: Peternakan
Prodi: Penyuluhan Peternakan Dan Kesejahteraan Hewan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *